PROBLEMATIKA PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI
KARAKTER KEMANDIRIAN
AUD
ISMI WINDAYANI ( TRA.
151759 )
PENDIDIKAN ISLAM ANAK
USIA DINI
UIN STS JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
tata bahasa Indonesia “ karakter ” berarti bawaan, hati, kepribadian, budi
pekerti, perilaku, personalitas, tabiat, tempramen atau watak.karakter
bukanmerupakan bakat ataupun bawaan lahirnya seorang anak, karakter merupakan
hasil dari tempaaan atau didikan dari orang tua yang dilakukan secara konsisten
dan terus menerus. Sehingga penting bagi orang tua untuk menerapkan pola asuh
yang baik kepada anak demi kararter baik yang akan dihasilkan suatu hari nanti.
Karakter yang baik akan menghasilkan
semua hal yang baik pula, begitu juga sebalikanya, sebai contohnya adalah saat
kita mulain melihat berita yang isinya hamper semua permasalahan dari anak
sampai orang dewasa yang begitu miris dan membuat kita geleng-geleng kepala,
dari anak-anak yang mencontek saat ujian nasional, anak-anak yang membawa
kendaraan tapi dibawah umur, aborsi ditoilet, kebut-kebutan bahkan anak berani
membunh karna berkelahi dengan teman, lalu besoknya ada anggota dewan
tertangkap maemakai sabu, perselingkuhan, korupsi dan lain-lain.
Semua tingkah laku yang tidak pantas
ini adalah hasil dari bagaimana karakter dari orang-orang dibangsa kita ini,
siapa yang disalahkan ? jelas orang tua, karena kita sebagai orang tua yang
bertanggung jawab atas pembentukan karakter dari anak.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan Karakter ?
2.
Apa Tujuan
Pembentukan karakter ?
3.
Siapa Pihak
yang Bertanggung Jawab Terhadap Pembentukan Karakter seorang Anak ?
4.
Apa
Pengertian Kemandirian dan Teori Kemandirian ?
5.
Apa saja
Karakter Kemandirian pada Anak ( problematika dan solusi ) ?
6.
Bagaimana
Kemandirian Anak Dalam Perspektif Islam ( Al-Qur’an dan Hadits ) ?
7.
Bagaimana
Cara menanamkan pendidikan karakter ?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
Definisi Karakter
2.
Mengetahui
Tujuan Pembentukan karakter
3.
Mengetahui
Pihak yang Bertanggung Jawab Terhadap Pembentukan Karakter seorang Anak
4.
Mengetahui
Pengertian Kemandirian dan Teori Kemandirian
5.
Mengetahui
Karakter Kemandirian pada Anak ( problematika dan solusi )
6.
Mengetahui Kemandirian
Anak Dalam Perspektif Islam ( Al-Qur’an dan Hadits )
7.
Mengetahui Cara
menanamkan pendidikan karakter
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Karakter
Karakter berasal dari bahasa latin,
inggris dan yunani yang berarti mengukir, membuat tajam dan membuat dalam.
Menurut Abdul Majid karakter adalah sifat, watak, tabiat, budi pekerti atau
ahklak yang dimiliki oleh seseorang yang merupakan cirri khas yang dapat
membedakan perilaku, tindakan dan perbuatan antara yang satu dengan yang lain.
sedangkan meurut Prof. Dr. Djaali mendefenisikan karakter sebagai kecendrungan
tingkah laku yang konsisten secara alamiah dan batiniah.
Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa karakter
lebih dekat dengan akhlak,yaitu spontanitas manusia dengan bersikap atau
perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tanpa
perlu dipikirkan atau direncanakan sebelumnya.
Dalam tata bahasa Indonesia “ karakter
” berarti bawaan, hati, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,
tabiat, tempramen atau watak.karakter bukanmerupakan bakat ataupun bawaan
lahirnya seorang anak, karakter merupakan hasil dari tempaaan atau didikan dari
orang tua yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus. Sehingga penting
bagi orang tua untuk menerapkan pola asuh yang baik kepada anak demi kararter
baik yang akan dihasilkan suatu hari nanti.
B. Tujuan
Pembentukan karakter
Karakter yang baik akan menghasilkan
semua hal yang baik pula, begitu juga sebalikanya, sebai contohnya adalah saat
kita mulain melihat berita yang isinya hamper semua permasalahan dari anak
sampai orang dewasa yang begitu miris dan membuat kita geleng-geleng kepala,
dari anak-anak yang mencontek saat ujian nasional, anak-anak yang membawa
kendaraan tapi dibawah umur, aborsi ditoilet, kebut-kebutan bahkan anak berani
membunh karna berkelahi dengan teman, lalu besoknya ada anggota dewan
tertangkap maemakai sabu, perselingkuhan, korupsi dan lain-lain.
Semua tingkah laku yang tidak pantas
ini adalah hasil dari bagaimana karakter dari orang-orang dibangsa kita ini,
siapa yang disalahkan ? jelas orang tua, karena kita sebagai orang tua yang
bertanggung jawab atas pembentukan karakter dari anak.
Oleh sebab itu pembetukan karakter
diharapkan bisa mendidik anak menjadi sosok yang tangguh, bertanggung jawab,
memiliki sifat-sifat yang baik yang bisa membawanya menjadi manusia yang baik
seutuhnya, sehinnga dapat diandalkan didalam keluarga ataupun lingkungan
masyarakat.
C. Pihak
yang Bertanggung Jawab Terhadap Pembentukan Karakter seorang Anak
1. Orang
Tua
Sebuah
istilah mengatakan “ buah tidak jatuh jauh dari pohonya”. Istilah inilah yang
menegaskan bahwa orang tua adalah orang yang bertanggung jawab atas pembentukan
karakter anak.
Ada sebuah rumus dalam membentuk karakter
anak,( karakter ayah + karakter ibu = karakter anak ). Terkadang kita orang tua
sering lupa akan sesuatu, mengharapakan anak-anak kita memiliki karakter yang
hebat, tapi kita sendiri tidak memiliki karakter yang hebat, semantara
anak-anak kita meniru habis-habisan apa yang menjadi karakter kita. Jika kita
selalu menjakan anak, jangan heran anak selalu manja, jika kita sellau
mengeluh, enak kita juga akan mengeluh, jika anak kita pemalas itu jelas karena
orang tuanyapun juga pemalas.
Orang tua,Khususnya ibu merupakan sosok
pertama yang ditemui anak. Orang tua adalah orang dan guru pertama yang ditemui
anak. Ibu adalah sosok sentral dalam keluarga yang diharapka dapat mendampngi
anak-anak belajar melaui hidup, seorang ibuadalah contoh bagi anaknya, mereka
mendengar dan melihat apa yang dibicarakan dan dilakukan ibu.
2. Lingkungan
Selaian
orang tua, factor pentinglainya adalah lingkungan, bahkan ketika bayi pun anak
sudah punya lingkungan bermanin sendiri. Apalagi anak yang mulai memasuki usia
pra sekolah, anak masuk kelingkungan baru, teman baru yang dibesarkan
dilingkungan yang lain dan pola asuh yang pasti berbeda. Jadi, jangan heran
jika saat anak pulang dari sekolah anak memilki kosa kata atau tingkah yang
baru pula.
D. Pengertian
Kemandirian dan Teori Kemandirian
1. Pengertian
Kehidupan
manusia saat ini semakin dihadapkan dengan permasalahan kompleks. Keadaan ini
menuntut setiap individu untuk mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi
tanpa harus tergantung dengan orang lain dan berani menentukan sikap yang
tepat. Salah satu aspek penting yang diperlukan adalah mandiri dalam bersikap
dan bertindak.
2. Teori
Walgito (1993) menyatakan bahwa
perkembangan sifat mandiri adalah satu hal penting dalam perkembangan anak
remaja yang dipengaruhi oleh pembentukan kepercayaan diri. Kepercayaan diri ini
selanjutnya merupakan dasar bagi perkembangan sikap yang lain seperti halnya
sikap kreatif dan tanggung jawab. Sejalan dengan pernyataan ini adalah pendapat
Misiak dan Sexton (Hadipranata dkk., 2000) bahwa hal-hal yang ikut mendukung
seseorang disebut mandiri adalah mereka yang mempunyai kepercayaan diri, yakin
akan kemampuannya dan tidak suka meminta bantuan pada pihak lain.
Menurut Basri (1995) kemandirian berasal
dari kata "mandiri", yang dalam bahasa Jawa berarti berdiri
sendiri. Basri (1995) menyatakan bahwa dalam arti psikologi, kemandirian
mempunyai pengertian sebagai keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu
memutuskan atau mengeijakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Kemampuan
tersebut hanya akan diperoleh jika seseorang mampu untuk memikirkan secara
seksama tentang sesuatu yang dikeijakannya dan diputuskannya, baik dari segi
manfaat atau kerugian yang akan dialaminya.
Siswoyo (Zakiyah, 2000) mendefinisikan
kemandirian sebagai suatu karakteristik individu yang mengaktualisasikan
dirinya, menjadi dirinya seoptimal murtgkin, dan ketergantungan pada tingkat
yang relatif kecil. Orang-orang yang demikian relatif bebas dari lingkungan
fisik dan sosialnya. Meskipun mereka tergantung pada lingkungan untuk memuaskan
kebutuhan dasar, sekali kebutuhan
Widjaja (Hadipranata, 2000) menyatakan
bahwa ada hubungan negatif dan bermakna antara kepercayaan diri dengan mencari
bantuan kepada pihak lain.
Jadi, seseorang yang berkepribadian
diri kuat berarti tinggi tingkat kemandiriannya dan sebaliknya, seseorang yang
berkepribadian diri lemah, berarti tingkat kemandiriannya rendah. Penjelasan
lebih lanjut mengenai pendapat ini adalah uraian dari beberapa tokoh psikologi
pertumbuhan, seperti Maslow, Rogers, Allport (1995) dan beberapa tokoh dalam
psikologi kepribadian, seperti Murray dan Adler (1993).
Berdasarkan pendapat dari beberapa
tokoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang berkepribadian diri
kuat mempunyai beberapa ciri, yaitu :
1.
Mempunyai
keinginan untuk berprestasi,
2.
Mempunyai
keinginan untuk bebas dan mandiri,
3.
Mempunyai
keinginan untuk berafiliasi,
4.
Mampu
berempati dengan baik, dan
5.
Mempunyai
rasa tanggung jawab.
E. Karakter
Kemandirian pada Anak ( problematika dan solusi )
Indicator dari anak yang mandiri adalah
anak mampu melakukan kegiatan-kegitan sehari-hari tanpa bantuan orang lain.
mandiri merupakan sosok tanggung yang harus dimiliki oleh generasi penurus
kita, dari hal-hal yang mendasar sampai mandiri dalam arti yang luas. Tidak
bergantung atau neninta bantuan oleng lain.
Anak-anak zaman sekarang cenderung
tidak bisa mandiri dan selalu mengandalkan bantuan dari orang lain.
1. Problematika
a.
Anak yang
manja
Anak
yang manja bisanya selalu menyuruh orang tuanya atau mungkin karena baby sister
yang mengasuhnya ia menjadi tidak mau melakukan apapun bahakan pekerjaan
sekecil apapun dia tidak mau melakukanya sendiri, dan yang lebih parah adalah
ketika dia marah dengan layanan yang menurutnya tidak memuaskan.
Contoh :
Ani dirawat oleh baby sisiternya semua tinggal disediakan saja, suatu hari ani
meminta susu kepada orang tuanya, dan orang tuanya terlambat membuatkan
susu,lalu ani marah kepada orang tuanya. Hal ini karena kebiasaan manja ani
kepada baby sisiternya.
b.
Anak yang
tidak diperbolehkan membantu
Karakter
anak usia dini adalah bermain, dia akan mengekplor semua yang dia lihat. Bahan
memcuci piring, cuci baju, lap mobil dan lain sebaginya. Orang tua cendrung
banyak melarang anak jka anak ingin membantunya, padahal dengan
kegiatan-kegiatan rumah yang dia lakukan berarti anak sedang mengekplor seluruh
aspekperkembangan dan menanamkan karakter didalam diri anak. Karena larangan
yang terus menerus dilakukan orang tua, anak pun tidak memilki sikap mandiri,
dia akanmenyerahkan seluruh pekerjaan kepada orang tuanya.
c.
Selalu
memberikan bantuan kepada anak.
Melepaskan
sepatu anak, membawakan tas anak, membereskan mainan anak, menyuapi anak,
mengerjakan pr anak danmasih banyak lagi, anak kita bisa melakukan hal diatas
sendiri tanpa bantuan orang lain. membiasakan anak untuk melakuakn semua
sendiri mulai dari dirinya dan apa yang ia miliki adalah cara untuk menanamkan
karakter kemandirian untuk anak.
d.
Terlalu
memberi kebebasan
Bebas
main, bebas bergaul, bebas berkomunikasi, bebas nonton tv, bebas mengeksplor
teknologi dan bebas-bebas yang lain. kemandirian juga bagian dari bagaimana
anak bisa mengatur sendiri mana yang baik, dan kapan ia harus berhenti. Anak
juga harus mandiri dengan berapa lama waktu nonton tv, tontonan seperti apa,
anak juga harus bisa mandiri memilih teman, mandiri bergaul dengan orang-orang
yang baik, semua adalah tentang kemandirian.
e.
Memberikan
kesempatan anak untuk memilih.
Anak
punya potensi, tapi orang tua yang punya ego tinggi menghancurkan potensi anak.
Anak sekarang lebih mementingkan koneksi. Mulai dari msuk kesekolah favorit,
tempat kerja bahakn terkadang jodoh pun harus ikut orang tua. Ajarkan anak
untuk menentukan takgetnya sendiri dan bagimana anak berusaha dengan target
yang ingin dia capai.
f.
Membedakan
anak laik-laki dan perempuan
orang
tua cendrung menjakan salah satu anaknya dan membiarkan anak yang satunya.
Jangan pilih kasih, dan jangan memanjakan keduanya, perempuan dan laki-laki
memilki hak sama yaitu mendapatkan pendidikankarakter yang baik dari orang
tuanya.
2. Solusi
a.
Jangan
menmanjakan anak
Anak
usia dini memang cukup sulit untuk mandiri dengan dirinya dan apa yang dia milikin, namun membiasakan
dengan menanamkan sikap mendiri harus dilakukan kepada anak sedini mungkin.
Contoh ketika anak bangun tidur ibu harus mengajak anak merapikan tempat
tidurnya, saat membenarkan sprei minta anak untuk menarik ujung sprei dan
menyelipkanya kebawah ujung kasur, meminta anak menyusun bonekanya agar boneka
bisa beristirahat ketika anak bermain dilur, begitu juga dengan berbagai
kegiatan lain.
b.
Biarkan
anak jika anak ingin membantu pekerjaan ayah atau ibu
Hal
yang sering terjadi adalah saat anak ingin ikut mencuci piring,menyapu dan
lainya, orang tua dengan tegas mengatakan, “ udah gak usah mama aja ”,
pekerjaan yang anak lakukan mungkin tidak akan memuaskan seperti yang orang tua
hasilkan, namun tanpa kita sadari adalah saat itu anak sedang belajar dan
menyiapkan anak yang mandiri kedepanya, anak yang sadar akan bagaimana membantu
dan melakukan pekerjaan rumah suatu hari nanti.
c.
Jangan
selalu membatu anak
Pengawasan
adalah hal penting yang cukup dilakukan orang tua, bayi yang baru bisa
merangkak pun sudah harus ditanamankan kemandirianya, jangan membantu anak,
namun memberikan motivasi dan pengawasan adalah hal yang perlu di lakukan.
d.
Jangan
terlalu membebaskan anak
Kemandirian
bukan hanya soal semua bisa melakukan sendiri, namun juga soal anak
mandiridalam bertindak dan menentukan sesuatu, kapan anak tidur, kapan anak
bangun, makan, berapa lama nonton tv dan masih banyak lagi. Dari dini anak
harus diberi batasan-batasan yang jelas sehingga anak terbiasa melakukanya
sendiri ketika anak mulai beranjak dewasa.
e.
Memberikan
kesempatan anak untuk memilih
Manusia
hidup pasti dihadapkan dengan berbagai pilihan, dari makanan yang disukai,
warna, tipe wanita bahkan sampai pada potensi dan bakan yng ingin dikembangkan.
Banyak orang yang menjadi dokter tapi bukan dokter sesungguhnya, banyak yang
menjadi pemimpin tapi bukan pemimpin yang sesungguhnya. Orang tua cendrung
menentukan apa yang bahakn menjadi masa depan anak, sehingga anak menjadi
bergantung pada orang tuanya, ingin masuk sekolah favorit, pekerjaan pun
melalui koneksi orang tua. Mulailah dengan menghargai target dari apa yang anak
capai, biarkan anak mencapai target dengan usaha-usaha yang harus mereka
lakukan dan lalui.
F. Kemandirian
Anak Dalam Perspektif Islam ( Al-Qur’an dan Hadits )
Pendidikan dalam Islam mengajarkan
untuk mendidik anak secara mandiri dengan mengatur anak secara jarak jauh. Ketika
mewasiatkan pada orang tua untuk memelihara dan membimbing pendidikan
anak-anaknya, Islam tidak bermaksud memporak-porandakan jiwa anak dalam jangka
pendek maupun jangka panjang, sehingga hidup dan urusannya hanya dipikirkan,
diatur dan dikelola oleh kedua orang tuanya.
Memang kedua orang tualah yang bekerja banting tulang demi hidup dan masa depan anak-anaknya yang pada akhirnya anak menjadi beban tanggungan orang tua, akan tetapi tujuan utama islam adalah mengontrol perilaku anak supaya tidak terbawa oleh arus menyimpang dan keragu-raguan serta upaya membentuk kepribadian yang tidak terombang ambing dalam kehidupan ini.Rasulullah sangat memperhatikan pertumbuhan potensi anak, baik dibidang sosial maupun ekonomi. Beliau membangun sifat percaya diri dan mandiri pada anak, agar ia bisa bergaul dengan berbagai unsur masyarakat yang selaras dengan kepribadiannya. Dengan demikian, ia mengambil manfaat dari pengalamannya, menambah kepercayaan pada dirinya, sehingga hidupnya menjadi bersemangat dan keberaniannya bertambah. Dia tidak manja, dan kedewasaan menjadi ciri khasnya. Karena pada akhirnya nanti masing-masing individulah yang di mintai pertanggung jawaban atas apa yang di perbuatnya di dunia. Firman Allah yang termaktub dalam Al-Quran surat Al- Mudasir ayat 38 menyebutkan:
Memang kedua orang tualah yang bekerja banting tulang demi hidup dan masa depan anak-anaknya yang pada akhirnya anak menjadi beban tanggungan orang tua, akan tetapi tujuan utama islam adalah mengontrol perilaku anak supaya tidak terbawa oleh arus menyimpang dan keragu-raguan serta upaya membentuk kepribadian yang tidak terombang ambing dalam kehidupan ini.Rasulullah sangat memperhatikan pertumbuhan potensi anak, baik dibidang sosial maupun ekonomi. Beliau membangun sifat percaya diri dan mandiri pada anak, agar ia bisa bergaul dengan berbagai unsur masyarakat yang selaras dengan kepribadiannya. Dengan demikian, ia mengambil manfaat dari pengalamannya, menambah kepercayaan pada dirinya, sehingga hidupnya menjadi bersemangat dan keberaniannya bertambah. Dia tidak manja, dan kedewasaan menjadi ciri khasnya. Karena pada akhirnya nanti masing-masing individulah yang di mintai pertanggung jawaban atas apa yang di perbuatnya di dunia. Firman Allah yang termaktub dalam Al-Quran surat Al- Mudasir ayat 38 menyebutkan:
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
“tiap-tiap
diri bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya”.Selanjutnya dalam surat
Al-Mukminun ayat 62 disebutkan:
وَلَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
وَلَدَيْنَا كِتَابٌ يَنطِقُ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“ kami tiada membebani seseorang
melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi kami ada kitab yang berbicara
benar, dan mereka telah dianiaya”.
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa
individu tidak akan mendapatkan suatu beban diatas kemampuannya sendiri tetapi
Allah Maha Tahu dengan tidak memberi beban individu melebihi batas kemampuan
individu itu sendiri. Karena itu individu dituntut untuk mandiri dalam
menyelesaikan persoalan dan pekerjaannya tanpa banyak tergantung pada orang
lain. Abdullah menuturkan beberapa contoh tentang inti pandangan Islam terhadap
pendidikan anak dengan didukung oleh berbagai bukti dan argumentasi. Beliau
mengatakan bahwa kemandirian dan kebebasan merupakan dua unsur yang menciptakan
generasi muda yang mandiri. Keduanya merupakan asas bangunan Islam. Rasulullah
membiasakan anak untuk bersemangat dan mengemban tanggung jawab. Tidak mengapa
anak disuruh mempersiapkan meja makan sendirian. Ia akan menjadi pembantu dan
penolong bagi yang lainnya. Daripada anak menjadi pemalas dan beban bagi orang
lain. Rasulullah bersabda: “bermain-mainlah dengan anakmu selama seminggu,
didiklah ia selama seminggu, temanilah ia selama seminggu pula, setelah itu
suruhlah ia mandiri”. (HR. Bukhari)
Dari hadits tersebut menunjukkan bahwa
orang tua mempunyai andil yang besar dalam mendidik kemandirian anak. Ada
upaya-upayayang harus dilakukan orang tua ketika menginginkan anak tumbuh
mandiri. Dan upaya tersebut harus dilakukan setahap demi setahap agar apa yang
diharapkan dapat terwujud.
G. Cara
menanamkan pendidikan karakter
1.
Saat
kegiatan sehari-hari
Ibu dan
anak biasanya banyak menhabiskan waktunya dirumah, anak sibuk bermain dan ibu
sibuk dengan seluruh pekerjaan rumah, coba
ajak anak bermain dengan ikut mengerjakan pekerjaan rumah, malai dari
hal-hal ringan, terlebih anak usia dini biasanya tertarik dengan apa yang
dikerjakan orang tua,dari mencuci priring, mengepel lantai, sampai mencuci dan
membantu mncuci mobil atau motor, beri anak tugas-tugas sederhana dengan menaruh
sesuatu ketempatnya dan merapikan barang yang dia bisa lakukan. Dengan begitu
anak akan terbiasa denganm semua pekerjaan ruamh dan tidan menjadi anak yang
manja
2.
Mendongeng
Sisipkan
aktu ibu untuk bercerita kepada anak minimal satu kali sehari, cerita yang
mengerah langsung dengan apa yang kita ingin sampaikan langsung kepada anak, contohnya
“ bisa mandi sendiri, makan dan pergi sekolah sendiri” . ceritakan dongeng yang
langsung tepat pada sasaran yang ingin kita sampaikan, dengan memceritakan
berbagai cerita positif maka anak akan mengikuti dongeng tersebut
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Karakter bukan sebuah bakat atau
kemampuan yang dibawa dari lahir, namun karakter adalah uatu asil atau buah
dari sebuah kebiasaan yang anak lakukan, banyak karakter yang harus ada dalam
diri anak salah satunya adalah kemandirian. Kemandirian bukan hanya anak mampu
mandi atau makan sendiri, kemandirina punya devinisi yang sangat luas bahkan
sampai memnentukan bagaimana kehidupan anak saat mencarikerja dikemudian hari
atau bagaimana dia menyelesaikan sebuah permasalahan-permasalahan kehidupan
yang mereka jalani.
Lalu kapan kemandirian dalam diri anak
harus dibentuk ? jawabanya adalah sedinini mungkin, anak baru bisa mulai
memegang atau meraih benda disekitarnya saja sudah harus ditanamkan sikap
kemandirianya. Orang tua tidak perlu takut anaknya tidak bisa atau tidak mampu,
namun orang tua yang baik adalah orang yang mendukung danmemberiakan pengawasan
kepada anak dalam membentuk kemandirian anak.
DAFTAR PUSTAKA
Hairuddin
K, Enni, Membentuk Karakter Anak dari
Rumah. PT Elex Media Komputindo, Jakarta: 2014
Falah,
Saiful. Mendidik anak melalui pendidikan
keluarga. Republik Penerbit,Jakarta : 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar